Rabu, 16 Januari 2013

Blogger Blog Artikel Via Jurnalisme

Blogger Blog Artikel Via Jurnalisme
dunia situs (blog) tidak terlepas dari catat-menulis ( walau sebenarnya kita tidak dulu menulis di situs (blog), tetapi mengetik ). layaknya halnya blogger yang menulis karyanya didunia situs (blog), demikian juga jurnalis ( wartawan ) menuliskan pemikiran serta liputannya di media massa ( cetak/koran serta elektronik ). lalu, apakah penulis blogger dapat disamakan dengan jurnalis ( wartawan ). walau memiliki prinsip yang sama, dunia jurnalistik nyatanya tambah lebih luas dibanding situs (blog) atau blogger. tidak salah memanglah dikarenakan didunia jurnalistik, tiap-tiap wartawan dibekali pendidikan resmi, pengetahuan jurnalistik, kode etik penulisan, serta perihal lain yang terikat dengan pewartaan.

walau demikianlah, bukan hanya bermakna situs (blog) atau blogger yang lantas berkembang ke arah jurnalis warga ( citizen jurnalism ) jauh tertinggal dari jurnalis atau wartawan yang sebenarnya. blogger yang menulis pemikirannya di situs (blog) tidak terikat pada satu media spesifik, walau ada kode etik tidak tertulis yang perlu dicamkan oleh tiap-tiap blogger, layaknya penulisan, kode etik, copy-paste serta isu plagarisme, dan sebagainya.

tak ada salahnya juga blogger sedikit banyak mengambil pengetahuan dari wartawan yang beroleh pendidikan resmi jurnalistik. tidak sedikit perihal yang dapat kita ambillah dari dunia jurnalistik, berkenaan problem penulisan untuk beberapa blogger yang pingin mengembangkan diri sebagai citizen journalism.

lalu, bisakah blogger jadi jurnalis warga atau yang lebih ngetrend dengan sebutan citizem journalism ? pertanyaan tersebut nampak dengan makin menjamurnya dunia situs (blog). tersebut sesuatu artikel yang saya ambillah dari tempo.

bagaimana kita menulis berita layaknya karya beberapa jurnalis profesional ? begitulah pertanyaan sebagian rekan yang punya niat serius tekuni jurnalisme warga.

mereka belum dulu memperoleh pendidikan jurnalisme resmi, namun mempunyai situs (blog) sebagai area sharing kabar, serta akan jadikan media pribadinya tersebut sebagai sumber berita warga daring. kebetulan, jurnalisme warga juga tengah jadi isu hangat di sebagian situs (blog) komune.

mat bloger, yang turut mendengar pertanyaan itu, segera berkomentar. halah, demikian saja kok repot. catat saja seluruh yang sampean mempunyai. bebas.

saya menukas. tidak dapat sembarangan demikian, mat. siapa lalu mungkin saja jurnalis warga. namun, bila akan serius, baiknya kita studi dari ahlinya, orang-orang yang pekerjaan sehari-harinya memanglah jurnalis, terlebih saat akan menulis atau bikin berita.

mengapa, mas ? apa sih yang dapat kita pelajari dari beberapa jurnalis profesional ? bertanya mat bloger.

jurnalis profesional bekerja menurut standar prosedur, undang-undang, prinsip, serta kode etik jurnalistik. didalam bekerja, mereka senantiasa jadikan seluruh pegangan itu sebagai acuan untuk memperoleh kredibilitas serta keyakinan pembaca. nah, ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari mereka waktu bikin berita.


anda harus jujur

sekali lancung ke ujian, seumur-umur sampean tidak dapat diakui lagi oleh pembaca. kabar bohong, menyesatkan, manipulatif, serta melanggar norma barangkali dapat bikin sampean cepat popular. namun kelak sampean dapat menuai akhirnya, kehilangan keyakinan serta kredibilitas. umumnya berita panas lalu baru keluar sesudah seorang jurnalis menggunakan berbulan-bulan atau bertahun-tahun lakukan verifikasi, check and recheck, dan menguji lagi sumber-sumbernya.


akurasi/penilaian
hasil survey pew centre pada beberapa blogger tunjukkan 34 % responden jadi karya mereka adalah hasil kerja jurnalistik. namun cuma 56 % diantaranya yang sudah sediakan waktu tambahan untuk memverifikasi fakta. walau sebenarnya akurasi yaitu mahkota sesuatu laporan. sampean mesti meyakini bahwa seluruh bahan yang ditulis itu akurat. sampean tidak bisa salah menyebut nama serta usia sumber, tanggal, lokasi perihal, dan seterusnya.


presisi
ketepatan penulisan yaitu kunci, baik saat menuliskan kata ataupun kata-kata. ia menolong kita beroleh respek serta legitimasi. pakai, contohnya, kbbi atau kamus thesaurus sebagai pembantu memperoleh ketepatan penulisan. kekeliruan tulis atau ejaan dapat bikin pembaca sangsi dapat kebenaran semua catatan.


konsistensi
supaya jurnalis menulis dengan berkelanjutan, umumnya kantor mereka sediakan style book. buku tips ini bermanfaat supaya jurnalis senantiasa menulis berita dengan berkelanjutan, contohnya yogyakarta atau jogjakarta, 10 atau sepuluh. ini bukan hanya masalah benar atau salah, namun ketekunan. suatu hal yang berkelanjutan bikin pembaca tidak bingung.


anda harus membaca ulang

beberapa jurnalis punya kebiasaan membaca kembali serta menyunting lagi laporan mereka. langkah ini ditempuh manfaat meyakinkan apakah sesuatu berita sudah ditulis dengan akurat, presisi, serta tidak memiliki kandungan kekeliruan catat atau ejaan. yakinkan apakah kata-kata mengalir lancar. periksa juga apakah tiap-tiap fakta, contohnya nama sumber, telah ditulis dengan benar. tengok apakah tata bhs serta ejaannya cocok dengan kaidah, tidak ada kekeliruan tulis, dan seterusnya. menghindar kekeliruan senantiasa tambah baik dari mengoreksi, bukan hanya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar